Iswanto Ginting

KUMPULAN PUISI

Jumat, 20 Februari 2009

MATAHARI, BULAN DAN BINTANG

Pada suatu hari, ketika matahari dan bulan diberi kesempatan untuk bergandengan tangan, bintang merasa tersinggung dan cemburu.

Lalu dia berkata kepada awan “Wahai awan apa yang dilakukan oleh Matahari dan Bulan itu sungguh keterlaluan“

Awan pun menjawab “Memangnya kenapa bintang, bukankah ini adalah kesempatan yang mereka tunggu sepanjang hidupnya ?“.

Tentu saja hal itu tidak dapat dibenarkan, aku tidak peduli walau sampai kiamatpun mereka menunggu hal itu datang! “

Lantas apa yang membuatmu merasa gundah“ tanya awan

Memangnya kau tidak berfikir, apa jadinya jika wajah rembulan yang cantik itu harus menemani matahari?. Tentu saja kecantikan dan keindahannya akan musnah sia-sia”.

Iya sih, tapi bagiku itu tidak masalah” kata awan

Tentu saja itu membuatku murka, walau sebenanrya aku juga diuntungkan. Setiap malam, aku menemani wajah cantik sang rembulan, melihatnya sepanjang masa dari kejauhan. Aku tidak marah walau terang sinarnya menutupiku. “ ucap bintang sendu.

Lantas lanjutnya “Meski hanya kelip kecil aku senang bisa menjadi pelangi yang mempercantiknya, dan dia tidak pernah mengabaikan kehadiranku. Bukankah kau juga menjadi lebih indah dalam remangnya, awan ?, coba kau berfikir tanpa dia kau tak lebih seperti gas berwarna yang keluar dari cerobong asap, gelap dan pekat tanpa ada yang berminat melihatmu“

Benar juga!” kata awan

Naif sekali bulan itu, dia bilang dia akan bahagia jika besanding dengan matahari. Dan itu adalah mimpi yang dia rajut tanpa kenal putus asa. Kalau kupikir-pikir, itu sama halnya dengan bunuh diri, kau tahu kan legenda putri duyung yang menjadi buih demi pangeran yg dicintainya” Bintang bersungut.

Tapi aku pernah bertanya kepada bulan, kenapa dia ingin sekali bersanding dengan matahari. Lantas dia bilang, suatu hari ketika fajar sang matahari yang elok itu merekah dia sangat mengagumi keindahannya dan mulai jatuh cinta. Lembayung merah itu benar-benar warna yang ajaib, terhampar begitu indah di cakrawala timur. Dan begitu senja datang, saat bulan masih mengintip malu-malu, dia juga menjumpai matahari sore bersemu orange perak, laksana beludru maharaja yang dihamparkan“ ucap awan

Aku juga pernah bertemu sinar fajar dan senja, biasa saja dan mereka tak pernah memberi kesempatan padaku untuk berkedip sedikitpun. Seakan semua warna langit dan kau awan, hanya boleh dicat dengan warnanya“ ucap Bintang.

Pernah suatu hari, ketika Bulan dalam kondisi terbaiknya, dia nekat untuk tidak beranjak dari tempatnya ketika matahari datang. Dan apa yang terjadi, dia menjadi sesuatu yang sama denganku. Putih, pucat seperti kapas. Kupikir dia akan kehilangan hidupnya, tapi tidak, dia bertahan! Dia rela tak lagi cantik dan menjadi buruk rupa hanya untuk bisa melihat matahari. Dan dia semakin kagum, karena seiring dnegan berjalannya waktu, matahari adalah raja, penguasa bagi siang!“ lanjut awan

Ya ampun, sampai sejauh itukah dia berusaha? benar-benar konyol“ ujar Bintang.

Lantas setiap malam dia merajut doanya, supaya sudatu saat kelak dia bisa berdampingan dengan Sang Surya, Dan saat kesempatan itu datang, pastilah dia akan sangat bersuka cita, meski pengorbanan yang harus diberikannya sangat besar“ kata awan.


Begitu ya,....terserah deh!! Aku tidak peduli pada mereka, Aku tidak peduli jika air laut itu tumpah tanpa ada yang menjaga. Aku tidak peduli jika burung-burung malam itu tak dapat mencari makan. Aku bisa saja menghiasi malam dengan sinarku tapi aku terlalu jauh. Dan kau awan, lihatlah kau hanya akan menjadi selimut malam yang pekat“ Bintangpun beranjak pergi


Dan sejak saat itu, gelap saja yang menghiasi langit malam, membutakan para pengelana. Sementara matahari dan bulan bersanding di pelaminannya yang abadi.

Sudahkah Anda Membaca di Bawah ini..?



Comments :

0 komentar to “MATAHARI, BULAN DAN BINTANG”

Posting Komentar

'Create your ads
PASTE IN YOUR BLOG..!!
LENCANA FACEBOOK
Iswanto Ginting Sugihen Kutambaru Simalem Nari
 

Copyright © 2009 by Iswanto Ginting.S

Template by Icha-Nangin | Dunia Malam