Dio_sigit | |
Hasratku... Suatu saat di musim penghujan ketika hati mudah untuk jatuh Rasa ini bergejolak tiada henti Hasrat tubuh untuk sedikit menyentuh Namun entah kenapa kelemahan ini selalu menghantui Memukul, menekan, menghina, menahan 1001 hasratku Apa takdir, mengapa takdir, bagaimanakah takdir. Sudah tiada berarti dan bermakna lagi Saat ku menyianyiakan my one chance to be happy Semuanya terasa hampa dan hambar tanpa cinta Cintaku adalah dirinya, tanpanya hilang cinta Apakah bunga, mengapa bunga, ingatkah bungaku? Sudah kehilangan momentum untuk memupuk kisah kasih Sudah tiada lagi yang kuinginkan bila tanpa kehadirannya Kenikmatan, pelacuran, aturan, insanity, kebajikan = pupus Senyumnya, tatapannya telah mengikat perjanjian revolusi damai Pesonanya, keramahannya, keindahan jiwa & raganya oh sempurna KALAU Kalau engkau ada disini bersamaku, sirna sudah rasa rinduku yang meradang ini. Aku pergi menyempurnakan perjanjian dengan takdir. Setahun, dua tahun sampai aku dapat menggapai rembulan untuk kekasihku. Rasa sayangmu begitu lembut dan halus menyentuh diriku Panas dan mengalir melalui pembuluh-pembuluh. Jika engkau hadir disini, aku akan meyakinkanmu bahwa I'm so in love with you, Mom & Dad... Surat buat yang kusayangi.. kemana anda pegi? meninggalkan kami disini. Andai engkau disini, tentu kami menikmati keindahanmu. Kembalilah sayang janganlah murung bermuram muka sendirian. Temani kami bersenandung puisi. Biarlah dunia mengeluarkan keburukannya, namun kenyataanlah yang pasti. Mendengar lagu untuk mencari inspirasi membuat puisi. Entah mengapa hati ini pedih, mengingat engkau yang menyendiri. Buat engkau sahabatku yang sedang menyendiri terbebani kondisi diri. Ingat dan yakinlah bahwa aku disini tetap menginginkan hadirmu. | Bola-bola Laki-laki Tentu tepat dua buah bola melirik ke kanan dan ke kiri Membentang pandangan meluaskan wawasan Entah apa didalam pikiran Hilang tanpa makna Tunggu dulu, ada dua buah bola yang berbeda dari sebelumnya Tertutup rapat tidak seperti biasa Entah mengapa wanita suka menciuminya Menyukai baunya ataukah salah satu bentuk dari suatu pengabdian Indahnya Alam Posisi semadi menghadap matahari Mendengar suara pelikan terbang bergerombol Menatap danau yang memantulkan kilauan Kita duduk termenung mencoba memfokuskan pikiran untuk memadukan semua kenangan alam indah Indonesia lalu menuangkan dalam puisi sehari, seminggu, hampir sebulan Hahaha, gagal yah Seni itu berasal dari nurani Bukan berasal dari manipulasi Seni itu suatu keindahan abadi buat yang pantang menyerah Selamat bermimpi dah.. Gue udah muak mencoba... Kabut Kebodohan Terselimuti di kenyamanan yang berbahaya. Bersuka-cita di luar batas. Berbicara tanpa berpikir. Berpikir tanpa berkarya. Berkarya tanpa manfaat. Bermanfaat untuk siapa dan mengapa untuk mereka? Terkurung dalam kebodohan diri. Terpuruk dalam kehinaan. Tuli dalam nasehat. Lantang dalam mengutuk. Tertipu sujud sembah abdi dalam. Menaikkan pandangan, membusungkan dada. Sebuah lingkaran kesombongan yang sangat mematikan. Kekerasan adalah cirinya. |
Jumat, 13 Februari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Comments :
0 komentar to “ ”
Posting Komentar