FAISAL TEHRANI | |
IKRAR SENIMAN Kalau huruf-huruf ini digantung pada tali salang nescaya kami panjat dan kami capai ia kalau kata-kata ini direndam dalam kawah penuh api nescaya kami dakap dan kami selamatkan ia - kerana seniman mana pernah tunduk pada kuasa? biar harus dia mencari tinta dengan membakar diri di mentari, terkurung sepi di rembulan atau dinista dihina di muka bumi seniman itu kuatnya pada mata pena gentarnya tidak pada priyayi resahnya terhampar pada himpunan kertas kalau kalian bunuh kami akan bangkit seribu bahkan sejuta lagi tunas ini. Kalau kalian bunuh kami akan timbul diri ini pada babak-babak lain dan dakwat ini mimpi ngeri kerana seniman mana pernah padam oleh habuan kerana seniman mana bisa lenyap oleh tekanan Ikrar ini amaran: Kalau nyawa kami direntap Tuhan sekalipun, kan yang kami tinggalkan adalah khazanah, nanti jadi pedang menghunus si penyembelih khazanah unuk digali beribu abad lamanya. Seniman adalah hati nurani bangsa tiada siapa dapat menafikan ia! Adapun yang lain darinya selayak mana harus dilekat iktiraf seniman itu? Adalah sundal ia, tidak lain dari itu… | BAGHDAD, PEREMPUAN CLINTON DAN TARTAR Baghdad itu didatangi lagi Seperti dia mengganasi perempuan-perempuannya dengan keserakahan nafsu datang itu nantinya adalah kedatangan yang menghunjam Scud dan Tomahawk padu dan hebat memokah lembah "Dan Baghdad pun seperti perempuan lemah dicabuli maruah kerana dipameri alat kelamin (Barangkali Baghdad dan Paula Jones itu adalah mangsa jenis nafsu yang sama) manusia rela suka mendatangi Baghdad sebagai perisai kota ibarat caping besi melindungi kelangkang bayi berdoa supaya tidak ditujah Amerika dengan peluru berpandunya kata Saddam : "Kita harus memilih antara pengorbanan atau perhambaan." Dan aku terngiangkan kata-kata Si Tartar Genghis Khan tika Baghdad didatangi kali kedua dalam sejarahnya "Kedatangan ini adalah utusan Tuhan sebagai pembalasan dosa yang kalian lakukan." 18/11/97 Fakulti Undang-undang UM |
Febri Haerani | |
Hasratku... Suatu saat di musim penghujan ketika hati mudah untuk jatuh Rasa ini bergejolak tiada henti Hasrat tubuh untuk sedikit menyentuh Namun entah kenapa kelemahan ini selalu menghantui Memukul, menekan, menghina, menahan 1001 hasratku Apa takdir, mengapa takdir, bagaimanakah takdir. Sudah tiada berarti dan bermakna lagi Saat ku menyianyiakan my one chance to be happy Semuanya terasa hampa dan hambar tanpa cinta Cintaku adalah dirinya, tanpanya hilang cinta Apakah bunga, mengapa bunga, ingatkah bungaku? Sudah kehilangan momentum untuk memupuk kisah kasih Sudah tiada lagi yang kuinginkan bila tanpa kehadirannya Kenikmatan, pelacuran, aturan, insanity, kebajikan = pupus Senyumnya, tatapannya telah mengikat perjanjian revolusi damai Pesonanya, keramahannya, keindahan jiwa & raganya oh sempurna KALAU Kalau engkau ada disini bersamaku, sirna sudah rasa rinduku yang meradang ini. Aku pergi menyempurnakan perjanjian dengan takdir. Setahun, dua tahun sampai aku dapat menggapai rembulan untuk kekasihku. Rasa sayangmu begitu lembut dan halus menyentuh diriku Panas dan mengalir melalui pembuluh-pembuluh. Jika engkau hadir disini, aku akan meyakinkanmu bahwa I'm so in love with you, Mom & Dad... Surat buat yang kusayangi.. kemana anda pegi? meninggalkan kami disini. Andai engkau disini, tentu kami menikmati keindahanmu. Kembalilah sayang janganlah murung bermuram muka sendirian. Temani kami bersenandung puisi. Biarlah dunia mengeluarkan keburukannya, namun kenyataanlah yang pasti. Mendengar lagu untuk mencari inspirasi membuat puisi. Entah mengapa hati ini pedih, mengingat engkau yang menyendiri. Buat engkau sahabatku yang sedang menyendiri terbebani kondisi diri. Ingat dan yakinlah bahwa aku disini tetap menginginkan hadirmu. | Bola-bola Laki-laki Tentu tepat dua buah bola melirik ke kanan dan ke kiri Membentang pandangan meluaskan wawasan Entah apa didalam pikiran Hilang tanpa makna Tunggu dulu, ada dua buah bola yang berbeda dari sebelumnya Tertutup rapat tidak seperti biasa Entah mengapa wanita suka menciuminya Menyukai baunya ataukah salah satu bentuk dari suatu pengabdian Indahnya Alam Posisi semadi menghadap matahari Mendengar suara pelikan terbang bergerombol Menatap danau yang memantulkan kilauan Kita duduk termenung mencoba memfokuskan pikiran untuk memadukan semua kenangan alam indah Indonesia lalu menuangkan dalam puisi sehari, seminggu, hampir sebulan Hahaha, gagal yah Seni itu berasal dari nurani Bukan berasal dari manipulasi Seni itu suatu keindahan abadi buat yang pantang menyerah Selamat bermimpi dah.. Gue udah muak mencoba... Kabut Kebodohan Terselimuti di kenyamanan yang berbahaya. Bersuka-cita di luar batas. Berbicara tanpa berpikir. Berpikir tanpa berkarya. Berkarya tanpa manfaat. Bermanfaat untuk siapa dan mengapa untuk mereka? Terkurung dalam kebodohan diri. Terpuruk dalam kehinaan. Tuli dalam nasehat. Lantang dalam mengutuk. Tertipu sujud sembah abdi dalam. Menaikkan pandangan, membusungkan dada. Sebuah lingkaran kesombongan yang sangat mematikan. Kekerasan adalah cirinya. |
Kamis, 07 Mei 2009
Browse » Home »
Puisi sang pujangga
»
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Comments :
0 komentar to “ ”
Posting Komentar