Iswanto Ginting

KUMPULAN PUISI

Kamis, 07 Mei 2009

FAISAL TEHRANI
IKRAR SENIMAN

Kalau huruf-huruf ini digantung pada
tali salang
nescaya kami panjat dan kami capai ia
kalau kata-kata ini direndam dalam
kawah penuh api
nescaya kami dakap dan kami selamatkan ia
- kerana seniman mana pernah tunduk pada kuasa?
biar harus dia mencari tinta dengan
membakar diri di mentari, terkurung sepi di rembulan
atau dinista dihina di muka bumi
seniman itu kuatnya pada mata pena
gentarnya tidak pada priyayi
resahnya terhampar pada himpunan kertas
kalau kalian bunuh kami
akan bangkit seribu bahkan sejuta lagi
tunas ini.

Kalau kalian bunuh kami
akan timbul diri ini pada babak-babak lain
dan dakwat ini mimpi ngeri
kerana seniman mana pernah padam
oleh habuan
kerana seniman mana bisa lenyap
oleh tekanan

Ikrar ini amaran:
Kalau nyawa kami direntap Tuhan
sekalipun, kan yang kami tinggalkan
adalah khazanah,
nanti jadi pedang menghunus si penyembelih
khazanah unuk digali beribu abad lamanya.

Seniman adalah hati nurani bangsa
tiada siapa dapat menafikan ia!

Adapun yang lain darinya
selayak mana harus dilekat
iktiraf seniman itu?

Adalah sundal ia, tidak lain dari itu…


BAGHDAD, PEREMPUAN CLINTON DAN TARTAR

Baghdad itu didatangi lagi
Seperti dia mengganasi perempuan-perempuannya
dengan keserakahan nafsu
datang itu nantinya adalah kedatangan yang
menghunjam Scud dan Tomahawk
padu dan hebat memokah lembah
"Dan Baghdad pun seperti
perempuan lemah dicabuli maruah
kerana dipameri alat kelamin
(Barangkali Baghdad dan Paula Jones
itu adalah mangsa jenis nafsu yang sama)

manusia rela suka mendatangi Baghdad
sebagai perisai kota
ibarat caping besi melindungi kelangkang bayi
berdoa supaya tidak ditujah Amerika
dengan peluru berpandunya

kata Saddam :
"Kita harus memilih antara
pengorbanan atau perhambaan."
Dan aku terngiangkan kata-kata
Si Tartar Genghis Khan
tika Baghdad didatangi kali kedua
dalam sejarahnya
"Kedatangan ini adalah utusan Tuhan
sebagai pembalasan dosa
yang kalian lakukan."

18/11/97
Fakulti Undang-undang UM



Febri Haerani
Hasratku...

Suatu saat di musim penghujan
ketika hati mudah untuk jatuh
Rasa ini bergejolak tiada henti
Hasrat tubuh untuk sedikit menyentuh
Namun entah kenapa kelemahan ini selalu menghantui
Memukul, menekan, menghina, menahan 1001 hasratku

Apa takdir, mengapa takdir, bagaimanakah takdir.
Sudah tiada berarti dan bermakna lagi
Saat ku menyianyiakan my one chance to be happy
Semuanya terasa hampa dan hambar tanpa cinta
Cintaku adalah dirinya, tanpanya hilang cinta

Apakah bunga, mengapa bunga, ingatkah bungaku?
Sudah kehilangan momentum untuk memupuk kisah kasih
Sudah tiada lagi yang kuinginkan bila tanpa kehadirannya
Kenikmatan, pelacuran, aturan, insanity, kebajikan = pupus
Senyumnya, tatapannya telah mengikat perjanjian revolusi damai
Pesonanya, keramahannya, keindahan jiwa & raganya oh sempurna


KALAU

Kalau engkau ada disini bersamaku,
sirna sudah rasa rinduku yang meradang ini.
Aku pergi menyempurnakan perjanjian
dengan takdir.
Setahun, dua tahun sampai aku dapat
menggapai rembulan untuk kekasihku.

Rasa sayangmu begitu lembut dan halus
menyentuh diriku
Panas dan mengalir melalui pembuluh-pembuluh.
Jika engkau hadir disini,
aku akan meyakinkanmu bahwa
I'm so in love with you, Mom & Dad...

Surat buat yang kusayangi..

kemana anda pegi?
meninggalkan kami disini.
Andai engkau disini,
tentu kami menikmati
keindahanmu.
Kembalilah sayang janganlah
murung bermuram muka sendirian.
Temani kami bersenandung puisi.
Biarlah dunia mengeluarkan keburukannya,
namun kenyataanlah yang pasti.
Mendengar lagu untuk mencari
inspirasi membuat puisi.
Entah mengapa hati ini pedih,
mengingat engkau yang menyendiri.
Buat engkau sahabatku yang sedang
menyendiri terbebani kondisi diri.
Ingat dan yakinlah bahwa aku disini
tetap menginginkan hadirmu.

Bola-bola Laki-laki

Tentu tepat dua buah bola
melirik ke kanan dan
ke kiri
Membentang pandangan meluaskan
wawasan
Entah apa didalam pikiran
Hilang tanpa makna

Tunggu dulu, ada dua buah bola yang
berbeda dari sebelumnya
Tertutup rapat tidak seperti biasa
Entah mengapa wanita suka menciuminya
Menyukai baunya ataukah salah satu bentuk
dari suatu pengabdian

Indahnya Alam
Posisi semadi menghadap matahari
Mendengar suara pelikan terbang bergerombol
Menatap danau yang memantulkan kilauan
Kita duduk termenung
mencoba memfokuskan pikiran
untuk memadukan semua kenangan
alam indah Indonesia
lalu menuangkan dalam puisi
sehari, seminggu, hampir sebulan
Hahaha, gagal yah
Seni itu berasal dari nurani
Bukan berasal dari manipulasi
Seni itu suatu keindahan abadi
buat yang pantang menyerah
Selamat bermimpi dah..
Gue udah muak mencoba...

Kabut Kebodohan

Terselimuti di kenyamanan yang berbahaya.
Bersuka-cita di luar batas.

Berbicara tanpa berpikir.
Berpikir tanpa berkarya.
Berkarya tanpa manfaat.
Bermanfaat untuk siapa
dan mengapa untuk mereka?

Terkurung dalam kebodohan diri.
Terpuruk dalam kehinaan.
Tuli dalam nasehat.
Lantang dalam mengutuk.
Tertipu sujud sembah abdi dalam.

Menaikkan pandangan,
membusungkan dada.
Sebuah lingkaran kesombongan
yang sangat mematikan.
Kekerasan adalah cirinya.


Sudahkah Anda Membaca di Bawah ini..?



Comments :

0 komentar to “ ”

Posting Komentar

'Create your ads
PASTE IN YOUR BLOG..!!
LENCANA FACEBOOK
Iswanto Ginting Sugihen Kutambaru Simalem Nari
 

Copyright © 2009 by Iswanto Ginting.S

Template by Icha-Nangin | Dunia Malam