Kamis, 07 Mei 2009
Yono Yono | |
Malam Bulan Purnama (By: dio_sigit) Senja telah tiba menyambut datangnya malam, mentari tenggelam bagaikan ditelan bumi. Perlahan-lahan gelappun mulai merayap, membuat hari pasti kan semakin sunyi. Terlihatlah cahaya di ufuk timur, cahaya rembulan penuh dengan pesona. Angin berdesir lembut semilir, terasa nyaman di dalam hati. Begitu indah malam itu, rembulan bulat putih kemilau. Malam purnama penuh pesona, setiap insan mendambakannya. Malam beranjak semakin larut, kehidupan pun tampak semakin surut. Suasana malam terasa semakin sunyi, tinggallah keheningan alam sejati. Aku terhempas dalam kesunyian, tertidur pulas dalam keheningan. Jiwaku hanyut dalam kenangan, terbawa jauh dalam impian. Hari-hari yang Sepi "KALPATARU" | R E S A H ( by :Iswanto Ginting ) Bumi bergoncang langit tertutup awan, kelam mencekam bagaikan di tengah malam. Dunia ini sedang terjadi suatu tragedi, membuat manusia kebingungan di sana sini. Kekeringan yang melanda bumi ini, membuat petani tak bisa menanam padi. Jerit dan tangis menghiasi para petani, merintih, menusuk dan menyayat hati. Dunia kini sedang mengalami resesi, keresahan melanda rakyat di sana sini. Ekonomi bangsa semakin tak terkendali, membuat rakyat kecil hanya menggigit jari. Semakin banyak manusia bermoral bejat, semakin banyak penjilat saling melaknat, Semakin jadi korupsi di sana sini, semakin tipis iman dalam hati sanubari. Wahai manusia makhluk Illahi Robbi, sadarlah bahwa kita sedang diuji. Marilah kita saling mengkoreksi, untuk mencari kebenaran hakiki. Wahai kaum kuat dan konglomerat, berjuanglah demi kemakmuran rakyat. Pangkatmu tidak akan tetap melekat, amalkan hartamu agar dapat manfaat. Hidup ini penuh dengan teka-teki, semuanya tiada yang tetap abadi. Bantulah sesama selagi kau bisa, bantulah kaummu selagi kau mampu. Mari bersandar pada yang Maha Besar, dekatkan diri pada yang Maha Suci. Berpasrah pada yang Maha Pemurah, agar tentram dan damai hidup ini. Nirwana Kehidupan IDUL FITRI |
Yudo Ardiyanto | |
EGO........... TAK HENDAKKAH KAU BICARA DIDEPANKU ATAU................... TIDAK................ AKU MAU HIDUP UNTUKKU | |
Yunanto | |
Perlukah judul untuk puisi ini??? Ada pedang yang menodong Haruskah aku serahkan dada? Langkah surut setapak adalah bijak Tersenyum sipit melihat gelegak mereka Mereka bahagia.......gumamku! Buah caturku masih utuh Goyangan di papan catur bukanlah gempa Namun mereka kira semua tlah pecah mereka bahagia......gumamku! Detik demi detik aku mainkan Teriakan mereka bahkan aku program Mereka kira keriput ini mengendorkan tali tulang Mereka hanyalah anak-anak.......gumamku! Yang akan melangkah seperti apa yang kupikirkan Akankah mereka melangkah dengan pikirannya? Tidak........... mereka buta!!! Dibutakan gelegak bahagia.......katanya! Anak-anak .......mereka tak lebih dari sekedar anak-anak By : dio_sigit | |
Zakki riyaNria Isnaini | |
Ketika Kutatap Mega Malam beribu bintang sedikit embun mendinginkan hati mendung datang urungkan kata di malam tahun baru ini Selaksa harpamu nyanyikan merdu biduk asmara di padang nirwana menutup awan kala itu menuju jiwa penuh harapan Malam ini hanya sebait kata terucap diantara ilalang malam diantara riuh gemertak malam dalam terompet tahun baru Ing sawijining dina | Kota Bengawan Itu Sebongkah tembok di sisi kota mengitari isi hati seorang manusia menghiasi sisi bathin kehidupan kuasa menjadi saksi akan suatu kata Penguasa katakan semesta raya dihening sebuah kata merdeka dalam suatu peristiwa di masa lalu hingga terlupa di masa kini harus berganti Tangan baja belenggu jiwa porak porandakan raga manusia tonggak raksasa itu dikekang dikuasai rezim masa kini membelenggu segala budaya bangsa Tragedi itu pisahkan segala asa asa tak terkira hanya dalam kata segerombolan binasa untuk sebatang kara sejuta makna akan kata kotaku binasa untuk tumbuh kembali bukan tumbal hanya sebuah mantera Hijau kotaku menjadi bara angkara damai desaku telah terbakar amarah kicau burungku kini membisu bersih alamku penuh sampah rapi suasana berubah rata hanya alir bengawan itu menjadi saksi segala peristiwa tuk merubah wajah kota penuh mustika Kini kusaksikan saksi bisu sejarah puing-puing peninggalan kenangan di masa orde baru penuh haru biru kan membawa asa namun belum kentara dan itulah kotaku kini Namun dari semua peristiwa yang ada selalu bawa perubahan dan mustika penguasa lama berganti ke rakyat dan penguasa baru penuh arti rezim terdahulu tak jadi makan hak rakyat negeri kota ini karena dia binasa oleh keangkaraannya sendiri dan kuharap damai hati dikota ini damai sejahtera di negeri Indoensia tercinta Wassalam, Merpati Putih dari Solo Tahun baru 2009 |
send your poem, here! |
FAISAL TEHRANI | |
IKRAR SENIMAN Kalau huruf-huruf ini digantung pada tali salang nescaya kami panjat dan kami capai ia kalau kata-kata ini direndam dalam kawah penuh api nescaya kami dakap dan kami selamatkan ia - kerana seniman mana pernah tunduk pada kuasa? biar harus dia mencari tinta dengan membakar diri di mentari, terkurung sepi di rembulan atau dinista dihina di muka bumi seniman itu kuatnya pada mata pena gentarnya tidak pada priyayi resahnya terhampar pada himpunan kertas kalau kalian bunuh kami akan bangkit seribu bahkan sejuta lagi tunas ini. |
Kepergianmu
Air matamu mengiris hatiku halus
kuusapkan telapak tanganku ke wajahmu yang pucat
terlihat ketakutan kehilangan akan nafasmu
nafasmu yang mengalir dalam nafasku
Kubelai rambutmu dengan kelembutan angin malam
terasa getaran menyatu diujung jari-jari
tak kuasa menahan gejolak kasih
limpahan nuansa kejora malam yang tak bertepi
Tak akan kutinggalkan hatimu yang manangis pilu
telah terpatri janji pada kedalaman nurani
akan ikut menyatu kegalauan kasih dalam derita
meski kekuatan malam hendak meragas
Kepada Seorang Ayah yang berbahagia,
Kubayangkan butir air mata memenuhi pelupuk matamu
saat kau membacakan baris-baris kasih sayang
kepada buah hatimu
Kusapa, ada beberapa butir air mata menggantung di sukmaku
hendak menyeruak ke dunia menemani keharuanmu
Tak ada yang dapat kuucapkan hari ini
seperti hari kemarin, aku hanya bisa membisu
coba kutulis beberapa kata ungkapan kehormatan
kepadamu yang kini duduk menyaksikan ilham Allah
merasuki tulang-tulang tuamu.
Adakah aku akan melihat orang tuaku
sebahagia lantunan nyanyian hatimu
yang hendak menempuh tahap tertinggi kodrat manusia?
aku merenung menggores bayangan butiran air matamu
yang terdorong keluar oleh kebahagiaan
aku berusaha menutupi jalan untuk air mataku
yang tak sanggup menahan keharuan
menuntut jalan keluar,